Di tengah persaingan global yang semakin ketat, parameter keberhasilan generasi penerus bangsa tidak lagi terbatas pada capaian nilai akademik semata. Yang lebih fundamental adalah pola pikir yang dimiliki, khususnya growth mindset. Membangun Growth Mindset keyakinan bahwa kemampuan dan kecerdasan dapat dikembangkan melalui dedikasi dan kerja keras, bukan merupakan sifat bawaan yang statis—menjadi kunci utama kesuksesan jangka panjang. Pola pikir ini penting untuk menciptakan generasi yang tangguh, adaptif, dan berani menghadapi tantangan, jauh lebih berharga daripada sekadar menghafal rumus atau meraih skor ujian tertinggi. Upaya Membangun Growth Mindset harus dimulai sejak dini di lingkungan keluarga dan sekolah.
Penerapan growth mindset di sekolah mengubah cara siswa memandang kegagalan. Kegagalan tidak dilihat sebagai batas kemampuan (fixed mindset), melainkan sebagai peluang belajar dan penemuan strategi baru. Di SMP Tunas Bangsa, Guru BK (Bimbingan Konseling), Ibu Dian Pertiwi, M.Psi., menerapkan sesi coaching mingguan setiap hari Kamis pukul 13.00 hingga 14.00 WIB. Dalam sesi ini, siswa diajarkan untuk mengubah kalimat “Saya tidak bisa” menjadi “Saya belum bisa,” sebagai langkah awal Membangun Growth Mindset. Program ini, yang dimulai pada awal tahun ajaran 2025/2026, menunjukkan peningkatan signifikan dalam partisipasi siswa pada mata pelajaran yang dianggap sulit, seperti matematika dan fisika.
Peran orang tua dalam Membangun Growth Mindset juga sangat penting. Pujian harus difokuskan pada proses dan usaha (effort), bukan pada hasil atau kecerdasan alami anak. Misalnya, daripada mengatakan, “Kamu pintar sekali!”, orang tua sebaiknya mengatakan, “Hebat, kamu bekerja keras dan mencoba berbagai cara untuk menyelesaikan tugas ini.” Psikolog Pendidikan, Dr. Rahmat Setiawan, dalam lokakarya yang diadakan pada tanggal 8 November 2025, menyoroti bahwa pemberian pujian yang salah dapat secara tidak sengaja memicu fixed mindset. Beliau menekankan bahwa konsistensi orang tua dalam mempromosikan usaha adalah inti dari Membangun Growth Mindset.
Untuk mengukur dampak dari Membangun Growth Mindset, di beberapa institusi pendidikan, metode penilaian pun mulai bergeser. Penilaian kini tidak hanya mencakup ujian akhir, tetapi juga portofolio proses, refleksi diri, dan penilaian sejawat. Dinas Pendidikan Provinsi X mengeluarkan surat edaran yang mewajibkan sekolah menggunakan metode penilaian holistik. Dalam data evaluasi yang dikumpulkan per akhir kuartal IV tahun 2025, sekolah yang secara aktif menerapkan kurikulum berbasis growth mindset menunjukkan penurunan angka drop-out sebesar 8% dan peningkatan signifikan dalam kemampuan pemecahan masalah. Dengan memprioritaskan karakter ketimbang skor, kita menyiapkan generasi yang benar-benar siap menghadapi kompleksitas dunia nyata.