Bicara dan Sentuh: Mengapa Interaksi Sensori Adalah Kunci Perkembangan Bahasa di 1000 Hari Pertama

Masa 1000 Hari Pertama Kehidupan bukan hanya tentang nutrisi; ini adalah periode supercritical untuk membangun fondasi kognitif dan sosial anak. Di antara semua aspek perkembangan, kemampuan berbahasa menjadi salah satu indikator kecerdasan masa depan yang paling krusial, dan kuncinya terletak pada intensitas Interaksi Sensori antara anak dan orang tua atau pengasuh. Stimulasi sensori yang kaya—melalui sentuhan, pandangan mata, dan suara—membantu otak bayi membentuk koneksi sinaptik yang sangat cepat. Mengabaikan kebutuhan ini sama saja dengan membatasi potensi bahasa anak di usia prasekolah dan selanjutnya.

Interaksi Sensori berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan pengalaman fisik dengan pemahaman kognitif. Ketika orang tua berbicara kepada bayi (meskipun bayi belum mengerti maknanya) sambil menatap mata dan menyentuh lembut, mereka memberikan tiga jenis rangsangan sekaligus: auditori (suara), visual (kontak mata), dan taktil (sentuhan). Tiga rangsangan ini terdaftar bersamaan di otak, membantu bayi mengasosiasikan suara yang mereka dengar dengan sumber kasih sayang, sehingga memperkuat motivasi mereka untuk berkomunikasi. Dr. Siti Nurhasanah, Sp.A., seorang ahli perkembangan anak dari Rumah Sakit Bunda Sehat, Jakarta, dalam seminar parenting pada Sabtu, 9 November 2024, menegaskan bahwa intensitas Interaksi Sensori adalah penentu utama vocabulary explosion pada anak usia 18 hingga 24 bulan.

Para peneliti menemukan fenomena yang disebut “30 Million Word Gap”, yang merujuk pada perbedaan signifikan jumlah kata yang didengar oleh anak dari keluarga kaya versus keluarga miskin sebelum usia 4 tahun. Di Indonesia, kesenjangan stimulasi juga menjadi perhatian utama. Untuk mengatasi hal ini, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPA) telah meluncurkan kampanye “Ayo Bicara dengan Anak” sejak awal 2025, mendorong orang tua untuk menggunakan bahasa yang kaya dan responsif. Mereka menekankan perlunya Interaksi Sensori yang berkualitas, di mana orang tua merespons celotehan anak (babbling) seolah-olah mereka sedang melakukan percakapan nyata (serve and return).

Penting untuk dipahami bahwa sentuhan adalah salah satu bentuk Interaksi Sensori yang paling kuat. Sentuhan yang penuh kasih sayang (seperti menggendong atau memijat bayi) melepaskan hormon Oksitosin (hormon cinta), yang tidak hanya memperkuat ikatan emosional (bonding) tetapi juga membantu mengurangi tingkat stres (kortisol) pada bayi. Tingkat stres yang rendah sangat mendukung perkembangan otak yang tenang dan terorganisir, sehingga meningkatkan kemampuan anak untuk fokus pada pembelajaran bahasa. Oleh karena itu, bonding yang kuat yang dibangun melalui sentuhan dan komunikasi emosional adalah fondasi utama bagi anak untuk menguasai keterampilan berbahasa yang kompleks di masa depan, memastikan mereka tumbuh menjadi individu yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki kemampuan sosial dan emosional yang matang.